Peredaran air di bumi mengikuti daur yang berulang dan bersifat tertutup, dikenal sebagai daur hidrologi, dan airtanah merupakan bagian dari daur hidrologi tersebut. Sumber utama airtanah adalah air hujan yang meresap ke bawah permukaan hingga mencapai zona jenuh air dan akhirnya tersimpan di dalam lapisan batuan pembawa air yang disebut akuifer. Airtanah mengalir di bawah permukaan, dan selama pengalirannya airtanah mengalami berbagai proses yang membuat airtanah mengadung berbagai macam mineral dan akhirnya mempunyai kualitas yang berbeda di setiap tempat.
Airtanah tersimpan di dalam akuifer dengan kedalaman dari beberapa meter sampai dengan ratusan meter di bawah permukaan tanah, dan mempunyai waktu tinggal atau yang disebut sebagai residence time dari beberapa hari sampai jutaan tahun. Air tanah umumnya relatif mudah dan dapat ditemukan di semua tempat, walaupun dalam jumlah dan kualitas yang beragam. Kuantitas dan kualitas airtanah sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi daerahnya, baik bentuk bentang alam mapun kondisi batuannya. Airtanah dapat muncul ke permukaan tanah dengan berbagai cara yang umumnya dikontrol oleh kondisi geologi setempat
Airtanah yang muncul di permukaan dikenal sebagai mata air. Sejak jaman dahulu, mata air telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata air dapat muncul di berbagai bentang alam, baik di dataran, perbukitan maupun pegunungan. Airtanah maupun mata air dapat ditemukan di berbagai macam batuan, seperti endapan sungai yang berupa pasir-kerikil-kerakal, endapan batuan karbonat yang berupa batu gamping, ataupun pada endapan gunung api yang berupa endapan lahar, endapan breksi serta lava yang telah terkekarkan.
Mata air yang dijumpai di pegunungan umumnya terdapat pada batuan vulkanik baik berupa endapan lahar, breksi dan lava, yang umumnya muncul karena adanya pemotongan topografi terhadap lapisan pembawa air. Mata air di pegunungan dianggap sebagai sumber air yang sempurna, baik kuantitas maupun kualitasnya. Debit mata air di pegunungan umumnya besar dan menerus, karena di daerah ini umumnya merupakan daerah basah dengan intensitas curah hujan tinggi serta masih memiliki daerah tangkapan air yang relatif baik. Kualitas air yang didapatkan sangat baik, karena daerah pegunungan dianggap sebagai awal pemunculan airtanah ke permukaan, dimana relatif belum banyak dipengaruhi oleh berbagai aktivitas manusia yang dapat menurunkan kualitas airtanah.
Indonesia merupakan daerah tropis basah dengan curah hujan yang relatif tinggi dan secara geologis terletak di daerah busur gunung api. Indonesia mempunyai lebih dari seratus gunung api aktif maupun non aktif dimana secara geologis gunung-gunung api tersebut membentuk lapisan-lapisan batuan yang sangat sempurna sebagai akuifer. Dengan curah hujan yang tinggi, maka umumnya daerah-daerah sekitar gunung api mempunyai kandungan airtanah yang cukup melimpah dengan kualitas yang sangat baik. Airtanah yang terletak di daerah gunung api di Indonesia umumnya mempunyai tingkat salinitas rendah, kandungan hidrogen karbonat dan kalsium, serta natrium melimpah secara alamiah, berasa segar, jernih dengan kandungan organisme yang sangat rendah.
Kondisi geomorfologi sangatlah berpengaruh terhadap keberadaan airtanah di suatu wilayah, dan terdapat pengaruh kuat antara genesis atau proses geomorfologi masa lampau terhadap pembentukan bentuk lahan saat ini, dan akhirnya berpengaruh terhadap proses pembentukan akuifer dan sifat hidrogeokimia. Dengan demikian geomorfologi suatu daerah akan menentukan hidrostratigrafi, keterdapatan serta karakteristik dari airtanah tersebut, serta proses hidrogeokimia. Hubungan tersebut memberikan arahan pada pencarian sumber mata air yang sempurna di daerah pegunungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar